Senin, 21 Mei 2012

Ketika Beban Terasa Berat


Apa yang akan engkau lakukan ketika kau diberi sebuah amanah yang engkau merasa tak mempunyai kemampuan untuk menjalankannya sementara di satu sisi tak ada seorangpun yang mau menjalankan amanah tersebut.
Lalu kau pun menangis dalam kedilemaan antara mau menjalankan ataukah tidak.
       Innama’al ‘usri yusro, Fa inna ma’al ‘usri yusro..
Percayakah bahwa sesungguhnya dalam kesulitan itu akan ada kemudahan??
Percayakah pada kebenaran akan firman-Nya?
       La tahzan ya Innaallaha Ma'anaa..
Sesungguhnya Allah bersama hambanya yang menautkan hati di jalan-Nya.
Allah tidak akan membiarkan engkau sendirian melewati jalan yang berduri.

Menata Hati Sebelum Mati


Manusia tak luput dari salah itu benar, namun jangan jadikan itu sebagai alasan tuk selalu berbuat kesalahan. Ketika berbuat kesalahan maka yang selalu dijadikan alasan yaitu manusia tak luput dari salah. Perfectional itu yang harus kita cari. Mengerjakan sesuatu dengan sempurna itu yang harus kita lakukan meski tidak akan pernah bisa sempurna.
Dan Allah tidak melihat kesempurnaanmu dalam menjalaninya namun Niat tulusmu yg disertai usaha untuk menjalankannya. karena engkau tidak bisa sempurna, maka biarkanlah Allah yg akan menyempurnakannya.
          Begitu pun dalam menata hati, kita harus senantiasa menatanya untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi..
            Seorang artis wanita yang sangat terkenal di Indonesia tengah mempromosikan film terbarunya bersama penulis novel yang sekaligus menjadi sutradara film itu dan seorang aktor pada sebuah masjid di sebuah kampus terkenal di Jogja. Mereka  mempromosikan film yg  menceritakan tentang kisah asmara seorang muslimah dan lelaki muslim. Artis itu nampak sangat cantik dan anggun dengan balutan jilbab yang menutupi auratnya. Sayangnya dia memakai jilbab hanya pada saat proses syuting dan promosi film tersebut. Lalu pada saat sesi tanya jawab, seorang wanita bertanya padanya.

Sabtu, 05 Mei 2012

Siapakah Kau? Perempuan Sempurna?



Ketika akhirnya saya dilamar oleh seorang lelaki, saya luruh dalam kelegaan. Apalagi lelaki itu, kelihatannya ‘relatif’ sempurna. Hapalannya banyak, shalih, pintar. Ia juga seorang aktivis dakwah yang sudah cukup matang.
Kurang apa coba?

Saya merasa sombong! Ketika melihat para lajang kemudian diwisuda sebagai pengantin, saya secara tak sadar membandingkan, lebih keren mana suaminya dengan suami saya.

Sampai akhirnya air mata saya harus mengucur begitu deras, ketika suatu hari menekuri 3 ayat terakhir surat At-Tahrim. Sebenarnya, sebagian besar ayat dalam surat ini sudah mulai saya hapal sekitar 10 tahun silam, saat saya masih semester awal kuliah. Akan tetapi, banyak hapalan saya menguap, dan harus kembali mengucur bak air hujan ketika saya menjadi satu grup dengan seorang calon hafidzah di kelompok pengajian yang rutin saya ikuti.